Jumat, 18 Januari 2013

Bunyi dan Detak jantung pada NeoNatus

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMERIKSAA JANTUNG
*      Inspeksi
      Perhatikan apakah terdapat defomitas dada. Pembesaran jantung yang lama pada bayi dan anak dapat menimbulkan penonjolan satu sisi dada, sehingga terjadi asimetri dada ( voussure cardiaque ). Hipertensi pulmonal pada pirau kiri ke kanan dapat menimbulkan kelainan bentuk dada yang membulat kedepan akibat pembesaran ventrikel kanan. Dilatasi atas hipertrofi ventrikel kiri akan memyebabkan penonjolan dinding dada digaris mamilaris. Penonjolan difus dapat terjaadi bila terdapat hipertrofi ventrikel kiri dan kanan.
      Kelainan bentuk dada lainnya ialah dada burung (pektus karinatum) dan pektus ekskavatus.Yang terakhir ini sering disertai depresi iga-iga bawah kedalam yang sering tampak pada pirau kanan ke kiri yang besar, disebut sebagai “Harrison’s groove”.
*      Palpasi
      Dengan palpasi kita memastikan iktus kordis yang mungkin sudah terlihat pada inspeksi.Di samping itu juga kita raba denyutan jantung, aktivitas ventrikel serta getaran bising (thrill).
      Dengan berdiri di sebelah kanan penderita yang terlentang, jari-jari tangan kanan pemeriksa diletakkan disela-sela iga ke-4, 5 dan 6 pada linea aksilaris anterior kiri penderita.Palpasi diteruskan ke media sampai teraba impuls jantung yang terkeras.Palpasi diteruskan ke tepi kiri bawah sternum, sepanjang tepi kiri dan kanan sternum, semua sela iga kiri dan kanan, akhirnya seluruh dinding toraks dipalpasi dengan cermat.
*      Perkusi
      Perkusi dinding dada pada bayi dan anak kecil biasanya tidak memberikan informasi apa-apa akibat tipisnya dinding dada.Dengan palpasi kita dapat memperoleh informasi lebih banyaak.Perkusi dapa dilakukan pada anak yang besar atau dewasa muda, disamping untuk menentukan batas-batas jantung secara klinis, juga untuk menilai keadaan paru-paru, khususnya terdapat efusi pleura.

*      Auskultasi
      Auskultasi jantung harus dipelajari secara sistematis, seksama dan penuh perhatian.Seluruh dinding dada dari prekordium sampai ke punggung harus di periksa. Secara tradisional memang ada 4 daerah auskultasi, tetapi bila kita hanya mendengarkan daerah-daerah tersebut saja mungkin kita akan kehilangan banyak informasi yang berharga.

2.2 Macam – Macam Bunyi jantung

            
Bunyi jantung yang selalu ada ialah bunyi jantung I dan bunyi jantung II. Kedua bunyi ini harus ditentukan dengan tepat terlebih dahulu;bila tidak maka penilaian terhadap bunyi lain serta bising jantung menjadi tidak akurat atau malah menjadi salah sama sekali. Bunyi jantung I dan II ditentukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
*      Bunyi jantung I bersamaan dengan iktrus kordis.
*      Bunyi jantung I bersamaan atau hamper bersamaan dengan denyut karotis.
*      Bunyi jantung I terdengar lebih keras diapeks dibandingkan dengan dibasis jantung.
*      Bunyi jantung IIterdengar  keras dibasis jantung dan bila stetoskop digeser ke apeks, maka bunyi jantung II akan makin melemah.
*      Jarak antara bunyi jantung dan bunyi jantung II (fase systole) lebih pendeng dari pada jarak antara bunyi jantung II- bunyi jantung I (fase diastole). Hal ini jelas bilah irama jantung teratur dan frekuensi denyut jantung tidak terlalu cepat (biasanya dibawah 100/menit); pada frekuensi 70/menit, fase systole menempati 3/8 bagian sedangkan fase diastole menempati 5/8 bagian dari siklus jantung.pada takikardia, perbidaan waktu systole dan diastole ini sulit dipastikan dengan pendengaran.

Ø  Bunyi jantung I
Dahulu dikatakan bahwa bunyi jantung I disebabkan semata-mata oleh penutupan katup mitral dan tricuspid.Sekarang pada umumnya para akhir tidak menyetujui pendapat itu lagi; bunyi jantung I secara keseluruhan terjadi akibat vibrasi yang timbul dimiokardium serta dinding arteria tekanan yang timbul waktu darah disemprotkan melalui katup-katup semilunaris.
Dengan fonokardiograf tercatat 4 komponen bunyi jantung I, tetapi hanya komponen kedua dan ketiga yang biasanya terdengar. Komponen ke-3 dan ke-4 biasanya terletak sangat berdekatan sehinga bunyi jantung I terdengar sebagai tunggal; namun tidak jarang jarak kedua komponen tersebut mencapai 0,30-0,40 detik, sehingga terdengar sebagai kedua komponen yang terpisa. Bila terdapat duplikasi separti ini, harus ditentukan apakah itu suatu bunyi jantung IV (yang mendahului bunyi jantung I) ataukah 2 komponen bunyi jantung I. Caranya ialah dengan mempergunakan stetoskop bentuk diafragma atau dengan bentuk sungkup yang ditekan keras sehingga kulit dinding dada penderita bertindak sebagai diafragma. Bunyi jantung IV karena bernada sangat rendah tidak akan terdengar dengan cara ini, sedangkan komponen bunyi jantung I justru akan terdengar lebih jelas.


Ø  Bunyi jantung II
            Bunyi jantung II terdiri dari 2 komponen bernada tinggi, yang disebut dengan A2 dan P2.Berbeda dengan pendapat dahulu, sekarang para akhli cenderung untuk mengatakan bahwa kedua komponen tersebut berasal dari vibrasi akibat penurunan kecepatan aliran darah yang mendadak dan bukannya akibat langsung penutupan katup semilunaris.
Meskipun demikian penamaan A2 dan P2 tetap dipertahankan, begitu pula dalam menerangkan pelbagai peristiwa disertai bunyi jantung II, A2 dan P2 tetap dianggap berhubungan dengan penutup katup aorta dan pulmonal.
Kedua komponen bunyi jantung II ini secara normal harus terdengar sampai dewasa muda.Bila didengar bunyi jantung II yang tunggal, maka berarti terdapat obstruksi yang berat pada salah satu pangkal arteri besar atau terjadi malposisi berat pada pembuluh-pembuluh arteri tersebut.Meskipun dengan diafragma terdengar lebih jelas, dengan sungkuppun kedua komponen bunyi jantung II dapat terdengar dengan baik.
Duplikasi bunyi jantung II disebut sebagai “splitting”.

Ø  Bunyi jantung III
Bunyi jantung III ini berfrekuensi rendah, terdengar terbaik di apeks atau ditepi kiri  sternum bagian bawah, kira-kira 0,10-0,12 detik setelah bunyi jantung II. Bunyi jantung III  disebabkan oleh penurunan kecepatan aliran darah yang masuk ke ventrikel akan menyebabkan pengerasan bunyi jantung III. Bedakan dengan bising middiastolik yang sama-sama bernada rendah.






Ø  Bunyi jantung IV
Disebut juga bunyi atrium, berfrekuensi rendah, terjadi akibat perlambatan mendadak aliran darah keventrikel yang semula cepat akibat kontraksi atrium. Bunyi jantung IV sering tercatat pada fonokardiogram, tetapi bila terdengar dengan stetoskop  selalu patologi, karena menunjukkan kelenturan dinding ventrikel yang berkurang, dilatasi kronis ventrikel atau fibrosis miokard.

2.3  Macam – Macam Bunyi tambahan

*      Irama derap (“gallop rhythme”)

Terdengar seperti derap kuda berlari, terjadi dari bunyi jantung I, II dan III atau I, II, III dan IV yang mengeras pada takikardia.
Irama derap ini paling sering terdengar pada gagal jantung. Karena bunyi jantung III sering kali terdengar normal pada bayi dan anak, maka istilah irama derap hanya dipakai untuk keadaan patologis dan tidak untuk adanya bunyi jantung III saja.


*      Bunyi ejeksi
Bunyi ejeksi terdengar sebagai bunyi berfrekuensi tinggi, sangat pendek, terdengar pada fase systole yang menandai awal ejeksi darah melalui katup aorta atau a. pulmonalis. Seringkali sulit dibedakan dengan duplikasi bunyi jantung I (sampai 0,4 detik).
Terdapat 2 jenis bunyi ejeksi, yaitu:
1.      Yang berasal dari pangkal aorta atau a, pulmonalis, mungkin merupakan pengerasan komponen keempat  bunyi jantung I.
2.      Ejection click sebagai akibat pembukaan katup pulmonal atau aorta yang stenotik; biasanya diikuti bising ejeksi sistolik.

*      Opening snap
Ini adalah bunyi bernada tinggi, terdengar setelah bunyi jantung II akibat pembukaan katup atrioventrikular yang stenotik, biasanya mendahului bunyi jantung III.

*      Bising jantung

Bising jantung akibat aliran turbulen darah melalui jalan yang sempit, baik penyempitan mutlak/organic maupun penyempitan relative (jumlah darah yang berlebih melalui lubang yang normal).










BAB III
PENUTUP

1.1  Kesimpilan

Frekuensi denyut jantung  pada bayi rata-rata 140 kali/menit pada saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120 dan 160 kali/menit. Pada usia 1 minggu, frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 128 kali/menit saa tidur dan 163 kali/menit saat bangun. Pada usia 1 bulan, frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 138 kali/menit saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur) pada usia ini dapat diperepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung yang baik. (Lowrey, 1986)

1.2  Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menerapkan ilmu kebidanan dalam praktiknya dilapangan kelak.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun dari makalah ini kami harapkan demi perbaikan makalah / tugas kedepannya.


  

Sumber Buku
o   Bobak, et all, 1996. KEPERAWATAN MATERNITAS,Edisi IV.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
o   Latief Abdul,et all. 1985.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Info Medika Jakarta
o   Berk, Laura E.2009.Child Development. 8th. USA: Pearson.







2 komentar: