BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEMERIKSAA JANTUNG

Perhatikan apakah terdapat defomitas
dada. Pembesaran jantung yang lama pada bayi dan anak dapat menimbulkan
penonjolan satu sisi dada, sehingga terjadi asimetri dada ( voussure cardiaque ). Hipertensi pulmonal pada pirau kiri ke
kanan dapat menimbulkan kelainan bentuk dada yang membulat kedepan akibat
pembesaran ventrikel kanan. Dilatasi atas hipertrofi ventrikel kiri akan
memyebabkan penonjolan dinding dada digaris mamilaris. Penonjolan difus dapat
terjaadi bila terdapat hipertrofi ventrikel kiri dan kanan.
Kelainan bentuk dada lainnya ialah dada
burung (pektus karinatum) dan pektus ekskavatus.Yang terakhir ini sering
disertai depresi iga-iga bawah kedalam yang sering tampak pada pirau kanan ke
kiri yang besar, disebut sebagai “Harrison’s
groove”.

Dengan palpasi kita memastikan iktus kordis
yang mungkin sudah terlihat pada inspeksi.Di samping itu juga kita raba
denyutan jantung, aktivitas ventrikel serta getaran bising (thrill).
Dengan berdiri di sebelah kanan penderita
yang terlentang, jari-jari tangan kanan pemeriksa diletakkan disela-sela iga
ke-4, 5 dan 6 pada linea aksilaris anterior kiri penderita.Palpasi diteruskan
ke media sampai teraba impuls jantung yang terkeras.Palpasi diteruskan ke tepi
kiri bawah sternum, sepanjang tepi kiri dan kanan sternum, semua sela iga kiri
dan kanan, akhirnya seluruh dinding toraks dipalpasi dengan cermat.

Perkusi dinding dada pada bayi dan anak
kecil biasanya tidak memberikan informasi apa-apa akibat tipisnya dinding
dada.Dengan palpasi kita dapat memperoleh informasi lebih banyaak.Perkusi dapa
dilakukan pada anak yang besar atau dewasa muda, disamping untuk menentukan
batas-batas jantung secara klinis, juga untuk menilai keadaan paru-paru,
khususnya terdapat efusi pleura.

Auskultasi jantung harus dipelajari secara
sistematis, seksama dan penuh perhatian.Seluruh dinding dada dari prekordium
sampai ke punggung harus di periksa. Secara tradisional memang ada 4 daerah
auskultasi, tetapi bila kita hanya mendengarkan daerah-daerah tersebut saja
mungkin kita akan kehilangan banyak informasi yang berharga.
2.2 Macam – Macam Bunyi
jantung


Bunyi jantung yang selalu ada ialah bunyi jantung I
dan bunyi jantung II. Kedua bunyi ini harus ditentukan dengan tepat terlebih
dahulu;bila tidak maka penilaian terhadap bunyi lain serta bising jantung
menjadi tidak akurat atau malah menjadi salah sama sekali. Bunyi jantung I dan
II ditentukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:





Ø Bunyi jantung I
Dahulu dikatakan bahwa bunyi jantung I disebabkan
semata-mata oleh penutupan katup mitral dan tricuspid.Sekarang pada umumnya
para akhir tidak menyetujui pendapat itu lagi; bunyi jantung I secara
keseluruhan terjadi akibat vibrasi yang timbul dimiokardium serta dinding
arteria tekanan yang timbul waktu darah disemprotkan melalui katup-katup
semilunaris.
Dengan fonokardiograf tercatat 4 komponen bunyi
jantung I, tetapi hanya komponen kedua dan ketiga yang biasanya terdengar.
Komponen ke-3 dan ke-4 biasanya terletak sangat berdekatan sehinga bunyi
jantung I terdengar sebagai tunggal; namun tidak jarang jarak kedua komponen
tersebut mencapai 0,30-0,40 detik, sehingga terdengar sebagai kedua komponen
yang terpisa. Bila terdapat duplikasi separti ini, harus ditentukan apakah itu
suatu bunyi jantung IV (yang mendahului bunyi jantung I) ataukah 2 komponen
bunyi jantung I. Caranya ialah dengan mempergunakan stetoskop bentuk diafragma
atau dengan bentuk sungkup yang ditekan keras sehingga kulit dinding dada
penderita bertindak sebagai diafragma. Bunyi jantung IV karena bernada sangat
rendah tidak akan terdengar dengan cara ini, sedangkan komponen bunyi jantung I
justru akan terdengar lebih jelas.
Ø Bunyi jantung II
Bunyi jantung II terdiri dari 2 komponen
bernada tinggi, yang disebut dengan A2 dan P2.Berbeda dengan pendapat dahulu,
sekarang para akhli cenderung untuk mengatakan bahwa kedua komponen tersebut
berasal dari vibrasi akibat penurunan kecepatan aliran darah yang mendadak dan
bukannya akibat langsung penutupan katup semilunaris.
Meskipun
demikian penamaan A2 dan P2 tetap dipertahankan, begitu pula dalam menerangkan
pelbagai peristiwa disertai bunyi jantung II, A2 dan P2 tetap dianggap
berhubungan dengan penutup katup aorta dan pulmonal.
Kedua
komponen bunyi jantung II ini secara normal harus terdengar sampai dewasa
muda.Bila didengar bunyi jantung II yang tunggal, maka berarti terdapat
obstruksi yang berat pada salah satu pangkal arteri besar atau terjadi
malposisi berat pada pembuluh-pembuluh arteri tersebut.Meskipun dengan
diafragma terdengar lebih jelas, dengan sungkuppun kedua komponen bunyi jantung
II dapat terdengar dengan baik.
Duplikasi
bunyi jantung II disebut sebagai
“splitting”.
Ø Bunyi jantung III
Bunyi
jantung III ini berfrekuensi rendah, terdengar terbaik di apeks atau ditepi
kiri sternum bagian bawah, kira-kira
0,10-0,12 detik setelah bunyi jantung II. Bunyi jantung III disebabkan oleh penurunan kecepatan aliran
darah yang masuk ke ventrikel akan menyebabkan pengerasan bunyi jantung III.
Bedakan dengan bising middiastolik yang sama-sama bernada rendah.
Ø Bunyi jantung IV
Disebut
juga bunyi atrium, berfrekuensi rendah, terjadi akibat perlambatan mendadak
aliran darah keventrikel yang semula cepat akibat kontraksi atrium. Bunyi
jantung IV sering tercatat pada fonokardiogram, tetapi bila terdengar dengan
stetoskop selalu patologi, karena
menunjukkan kelenturan dinding ventrikel yang berkurang, dilatasi kronis
ventrikel atau fibrosis miokard.
2.3 Macam – Macam Bunyi tambahan

Terdengar
seperti derap kuda berlari, terjadi dari bunyi jantung I, II dan III atau I,
II, III dan IV yang mengeras pada takikardia.
Irama
derap ini paling sering terdengar pada gagal jantung. Karena bunyi jantung III
sering kali terdengar normal pada bayi dan anak, maka istilah irama derap hanya
dipakai untuk keadaan patologis dan tidak untuk adanya bunyi jantung III saja.

Bunyi
ejeksi terdengar sebagai bunyi berfrekuensi tinggi, sangat pendek, terdengar
pada fase systole yang menandai awal ejeksi darah melalui katup aorta atau a.
pulmonalis. Seringkali sulit dibedakan dengan duplikasi bunyi jantung I (sampai
0,4 detik).
Terdapat
2 jenis bunyi ejeksi, yaitu:
1. Yang
berasal dari pangkal aorta atau a, pulmonalis, mungkin merupakan pengerasan
komponen keempat bunyi jantung I.
2. Ejection
click sebagai akibat pembukaan katup pulmonal atau aorta yang stenotik;
biasanya diikuti bising ejeksi sistolik.

Ini
adalah bunyi bernada tinggi, terdengar setelah bunyi jantung II akibat
pembukaan katup atrioventrikular yang stenotik, biasanya mendahului bunyi
jantung III.

Bising
jantung akibat aliran turbulen darah melalui jalan yang sempit, baik
penyempitan mutlak/organic maupun penyempitan relative (jumlah darah yang
berlebih melalui lubang yang normal).
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpilan
Frekuensi denyut jantung pada bayi rata-rata 140 kali/menit pada saat
lahir, dengan variasi berkisar antara 120 dan 160 kali/menit. Pada usia 1
minggu, frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 128 kali/menit saa tidur dan
163 kali/menit saat bangun. Pada usia 1 bulan, frekuensi denyut jantung bayi
rata-rata 138 kali/menit saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia
sinus (denyut jantung yang tidak teratur) pada usia ini dapat diperepsikan
sebagai suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung yang
baik. (Lowrey, 1986)
1.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menerapkan ilmu kebidanan dalam
praktiknya dilapangan kelak.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun dari makalah ini kami harapkan
demi perbaikan makalah / tugas kedepannya.
o
Bobak, et all, 1996. KEPERAWATAN
MATERNITAS,Edisi IV.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
o
Latief Abdul,et all. 1985.Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta:
Info Medika Jakarta
Info Medika Jakarta
o
Berk,
Laura E.2009.Child Development. 8th. USA: Pearson.